Terlalu Lama Menunduk Main Ponsel, Remaja 19 Tahun Alami Kelumpuhan
Kebiasaan menunduk terlalu lama saat bermain ponsel membuat seorang remaja 19 tahun dari Tiongkok mengalami kelumpuhan tubuh bagian bawah

Seorang mahasiswa berusia 19 tahun dari Quanzhou, Provinsi Fujian, Tiongkok, Xiao Dong, mengalami kelumpuhan tubuh bagian bawah setelah kebiasaannya menunduk terlalu lama saat bermain ponsel. Dokter menemukan adanya bekuan darah pada segmen tulang belakang C4–T1 yang menekan sumsum tulang belakangnya. Kondisi ini diperparah oleh pekerjaan musim panasnya yang menuntut posisi leher menunduk dalam waktu lama. Gejala awal yang ia rasakan, seperti kesemutan dan kelemahan di kaki, sempat diabaikan hingga akhirnya tubuh bagian bawahnya tidak bisa digerakkan sama sekali.
Dokter mendiagnosis Xiao Dong mengalami kondisi yang populer disebut sebagai “text neck” atau sindrom leher teknologi, yaitu kerusakan otot dan saraf akibat posisi menunduk yang terlalu lama. Dalam kasus berat, seperti yang dialami Xiao Dong, gangguan aliran darah dan tekanan pada sumsum tulang belakang bisa menyebabkan kelumpuhan. Xiao kini menjalani perawatan intensif, termasuk terapi fisik dan obat untuk melancarkan peredaran darah, namun pemulihannya diperkirakan memerlukan waktu panjang dan belum tentu sempurna.
Fenomena ini semakin sering terjadi di era digital, terutama di kalangan anak muda yang menghabiskan waktu berjam-jam dengan ponsel, tablet, atau laptop. Menurut pakar ortopedi, posisi menunduk dengan sudut 45 derajat saat menatap layar dapat menambah beban setara 20 kilogram pada leher. Jika dilakukan berulang setiap hari, tekanan ini bisa merusak otot, saraf, dan tulang leher. Selain kelumpuhan, dampak lain dari penggunaan ponsel berlebihan termasuk nyeri punggung kronis, gangguan postur, sakit kepala, hingga masalah penglihatan.
Para ahli kesehatan merekomendasikan beberapa langkah pencegahan sederhana, seperti mengangkat ponsel sejajar mata, beristirahat setiap 20–30 menit, serta rutin melakukan peregangan leher dan bahu. Kebiasaan ini tidak hanya mengurangi risiko cedera, tetapi juga membantu menjaga kesehatan tulang dan saraf jangka panjang. Kasus Xiao Dong menjadi pengingat serius bahwa kebiasaan digital yang dianggap sepele bisa berujung pada konsekuensi kesehatan yang berat jika tidak diantisipasi.